Nyamuk

“Banyak nyamuk dirumahku

Gara-gara kamu

Malas bersih-bersih.”

Generasi 80-an, sepertinya tidak asing dengan cuplikan bait lagu di atas. Ya, benar. Bait di atas adalah cuplikan dari lagunya Enno Lerian, yang berjudul Si Nyamuk Nakal.

Nyamuk sering dianggap sebagai makhluk hidup yang biasa dan tidak penting. Namun, ternyata nyamuk itu sangat berarti untuk diteliti dan dipikirkan sebab di dalamnya terdapat tanda kebesaran Allah. Inilah sebabnya “Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu”.

“Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”

(Q.S. Al-Bagarah [2]: 26)

*

Sejak diciptakan, nyamuk tidak pernah mengganti menu makanannya. Mereka tidak akan pernah berhenti mengisap darah, baik darah manusia atau hewan mahluk hidup lainnya. Mereka takkan berhenti. Meskipun, dalam proses menghisap darah mangsanya, akan banyak halangan dan rintangan. Mereka akan mengahadapi rintangan dari segala macam obat antinyamuk. Yang dibakar, dalam bentuk lotion, obat semprot, sampai aktifitas fogging. Dan sekali lagi, mereka tidak akan pernah berhenti berusaha.

Itulah kemudian, nyamuk adalah salah satu mahluk Tuhan yang tidak mengenal kata menyerah. Mereka telah diberi Ilham oleh Tuhan, diberi pemahaman, bahwa mereka hanya hidup satu kali. Tuhan juga telah merancang takdir mereka, bahwa akhir hidup mereka berada dalam kemuliaan.

Kemuliaan? Benar, mati dalam kemuliaan dalam versi tersendiri. Bukankah tidak pernah kita mendapati ada nyamuk yang “mati” diatas ranjang, atau di rumah sakit, kan? Bukankah sering kita “mematikan” mereka kala mereka sedang “berjuang” mempertahankan hidup dengan menghisap darah kita, kan?

Itulah resiko mereka ketika mencari makan, menyambung kehidupan. Tak ada nyamuk yang mampu bertahan hidup bila berhasil ditepuk. Mereka akan mati seketika dengan kondisi tubuh yang hancur.

Tapi, pernahkah ada nyamuk yang pensiun atau mengganti menu makan dari darah ke yang lain gara-gara resiko yang mahaberat itu?

Tidak. Mereka tetap setia dengan tradisi yang sudah diwariskan nenek-moyang mereka. Mereka tetap terbang disekitar mangsanya (seperti kita), menyerang saat ada kesempatan, menghisap darah secukupnya, meski maut mengintai dari kedua telapak tangan kita. Mereka adalah salah satu contoh mahluk Tuhan yang tidak pernah menyerah dengan hidup. Hidup mereka adalah perjuangan.

Jadi, jika ada manusia (bisa jadi saya atau Anda) yang mudah mundur dengan resiko yang menghadang, maka ia layak tersebut sebagai manusia yang “bermental” lebih rendah dari seekor nyamuk.

**

Penemuan lampu pijar telah melahirkan sebuah mitos. Konon, ketika melakukan percobaan untuk menciptakan lampu pijar, Thomas Alva Edison harus melakukan seribu kali percobaan. Bayangkanlah jika Edison berhenti di percobaan keseratus atau kedua ratus. Barangkali, bukan Edison yang akan menemukan temuan hebat itu. Atau mungkin dunia kita takkan sebenderang seperti saat ini.

_____________

Sahabat,

Bila kita mau menggunakan logika, sebenarnya konsep hidup itu sederhana saja. Tidak ada kegagalan dalam hidup, yang ada hanya berhenti mencoba. Karena pohon yang besar tidak akan tumbang dengan hanya sekali tebas. Harus berkali-kali.

Imam Nugroho

Diambil dari buku: Seteguk Kopi Menjelang Khotbah Jumat, dengan beberapa penyesuaian.

Leave a Comment